Konsep Desakotasi - Kotadesasi : Analisis terhadap perkembangan kecamatan cibinong, Kabupaten bogor

Globalisasi ekonomi, teknologi dan informasi telah mengakibatkan perubahan dramatis dalam proses dan pola urbanisasi di Asia sejak awal tahun 1970-an. Perubahan dan dinamika spasial, sosial dan ekonomi tidak saja terjadi pada wilayah di sekitar atau wilayah antara dua kota metropolitan, tetapu pada beberapa kasus terjadi juga pada kota-kota kedua (secondary urban centers), terutama di daerah yang sedang mengalami percepatan proses industrialisasi (McGee, 1990)

Fenomena baru urbanisasi di pinggiran kota besar terjadi lebih cepat dianding yang terjadi di kota besar itu sendiri, dan diperkenalkan melalui konsep kotadesasi. Konsep kotadesasi inilah yang kemudian mendasari konsep “Extend Metropolitan Regions” (EMR) yang wilayahnya mempunyai ciri sebagai berikut :

a. Berkepadatan penduduk tinggi
b. Sebagian besar penduduk bergantung pada sektor pertanian, terutama pertanian padi dengan pemilikan lahan sempit
c. Mengalami transformasi kegiatan dari pertanian ke berbagai kegiatan non pertanian, termasuk perdagangan, transportasi dan industri
d. Intensitas mobilitas penduduk yang tinggi dimungkinkan oleh ketersediaaan angkutan yang murah
e. Interaksi yang tinggi antara aktivitas pedesaan dan perkotaan, yang memungkinkan bertambahnya sumber pendapatan rumah tangga pedesaan dan meningkatnya partisipasi tenaga kerja wanita
f. Percampuran guna lahan yang intensif antara pemukiman dan aktivitas ekonomi seperti pertanian, industri tumah tangga dan kawasan industri

Sedangkan desakotasi, merupakan daerah yang mengalami pengaruh intensif dari kegiatan non-pertanian, sehingga di dalamnya terlihat percampuran antara kegiatan pertanian maupun non pertanian (Yunus, 2006). Intensitas percampuran antara kegiatan pertanian dan non pertanian merupakan fungsi dari jarak ke kota. Makin dekat jarak suatu lokasi ke kota, maka makin intens kegiatan non pertaniannya, begitupun sebaliknya, semakin jauh jarak dengan kota, maka kegiatan pertanian semakin intens. Karena itulah, daerah ini dapat dikategorisasikan ke dalam dua subzona yang dapat diidentifikasi, yaitu zona kotdes dan zona deskot (Yunus 2006).

Zona kotdes adalah suatu daerah yang ditandai oleh percampuran kegiatan pertanian dan non pertanian, namun proporsi kegiatan non pertanian jauh lebih besar dibanding kegiatan pertanian. Hal ini terjadi karena daerah ini berbatasan langsung dengan daerah terbangun. Sedangkan zona deskot merupakan daerah diluar dari zokotdes yang ditandai oleh percampuran kegiatan pertanian dan non pertanian, namun proporsi kegiatan non pertaniannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan kegiatan pertaniannya.

Cibinong sebagai daerah transisi antara depok dan kota bogor, serta zonasi wilayah yang masih merupakan wilayah pemerintahan kabupaten bogor, menunjukkan bahwa kecenderungan
fenomena interaksi antara desa dengan kota, lebih ke arah desakotasi. Alasannya adalah karena kegiatan perekonomian penduduknya, sudah berangsur alih fungsi sejak sekitar tahun 1994 karena pembangunan rel kereta api jurusan Nambo-Cibinong-Angke.

Comments

Popular posts from this blog

ASAL USUL NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA

Penginderaan Jauh

Penelitian Geografi