Konsep dalam Geografi

Bidang kajian aspek geografi meliputi hubungan kausal dan spasial kehidupan manusia di lingkungan yang terintegrasi baik secara fisik, sosial, maupun budaya. Analisis keruangan bagi seorang ahli geografi merupakan hal pokok yang harus dipahami karena mengkaji berbagai aspek, baik secara fisik, sosial, lokasi, maupun aktivitas manusia. Variabel ini berbeda dari suatu tempat dengan tempat yang lainnya. Faktor yang memengaruhi pola distribusi keruangan atau persebaran unsur, biasanya terkait dengan banyak faktor. Contoh keterkaitan antara lereng dengan erosi, jenis tanah dan vegetasi. Aspek fisik dengan aspek sosial, misalnya, antara bentuk lahan dengan permukiman atau bentuk lahan dengan transportasi. Contoh lain adalah keterkaitan antara sesama aspek sosial, misalnya, jarak rumah dari jalan dengan kepadatan rumah atau dengan nilai tanah.

Aspek dan Konsep Essensial Geografi ada 10, adalah sebagai berikut :
 
1. Lokasi
a. Lokasi Absolut : menunjukkan letak suatu titik secara tetap terhadap sistem grid (jaring) atau sistem koordinat. Untuk letak suatu titik secara absolut di permukaan bumi ditentukan oleh garis bujur (meridian) dan garis lintang (paralel). Lokasi absolut disebut juga letak astronomis. Letak absolut suatu titik bersifat tetap, walaupun kondisi dan situasi sekitar titik tersebut mengalami perubahan karena faktor politik.
b. Lokasi Relative : Lokasi ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi sekitar lokasi tersebut. Contoh: hulu Sungai Kapuas, mungkin tidak terlalu penting bagi sebagian besar orang. Akan tetapi, pada saat ditemukan emas atau minyak bumi, lokasi tersebut akan menjadi sangat penting dan bernilai ekonomi tinggi.
2. Jarak
a. Jarak Mutlak : Jarak tempuh antara satu wilayah dengan wilayah lain tidak berubah, dan ditentukan dengan satuan meter maupun kilometer.
b. Jarak Relatif : Jarak tempuh antara satu wilayah dengan wilayah lainnya dapat berubah karena beberapa faktor, misalnya jarak dari rumah ke kantor yang hanya 1 km dan dapat ditempuh dalam waktu 15 menit, menjadi 90 menit karena kemacetan. Indikator untuk mengetahui jarak relatif adalah satuan waktu.
3. Keterjangkauan/ Aksesibilitas : Konsep ini lebih berkaitan dengan kemudahan untuk menjangkau suatu lokasi. Wilayah dengan tingkat askesibilitas tinggi atau mudah dijangkau, cenderung lebih cepat berkembang. Namun, jika kondisi topografi bergunung-gunung, rawan bencana, jauh di pedalaman, dan sulit sarana, tentu sukar untuk dijangkau.
4. Pola : Bentuk interaksi manusia dengan lingkungan atau interaksi alam dengan alam, hubungannya dengan pola persebaran. Misalnya, pola aliran sungai terkait dengan jenis batuan dan struktur geologi. Contoh lain, pola pemukiman terkait dengan sungai, jalan, bentuk lahan, dan sebagainya.
5. Morfologi : Bentuk permukaan bumi sebagai hasil proses alam dan hubungannya dengan aktivitas manusia. Misalnya, bentuk lahan akan terkait dengan erosi dan pengendapan, penggunaan lahan, ketebalan lapisan tanah, ketersediaan air, dan sebagainya. Contoh lain, pengelompokan pemukiman cenderung di daerah datar.
6. Aglomerasi : Penduduk mempunyai suatu gejala kecenderungan mengelompok pada suatu tempat tertentu yang dianggap paling menguntungkan. Masyarakat petani cenderung untuk mengelompok di wilayah dataran yang subur, sehingga membentuk permukiman. Masyarakat kota cenderung untuk hidup mengelompok dengan masyarakat yang memiliki strata sederajat. Akibatnya, akan muncul permukiman elite dan permukiman kumuh. Aglomerasi (pemusatan) penduduk akan memudahkan penyediaan sarana pendidikan (sekolah), sarana kesehatan (puskesmas, rumah sakit), atau sarana ekonomi (pasar, pertokoan). Dengan adanya aglomerasi akan menimbulkan efisiensi yang tinggi dalam pemasaran atau pelayanan umum. Salah satu keuntungan yang didapat dengan adanya aglomerasi penduduk yang padat ialah dimungkinkannya sistem ekonomi aglomerasi yang memanfaatkan jumlah penduduk yang besar sebagai daerah pemasaran atau pelayanan. Akan tetapi, hanya meliputi wilayah yang sempit. Ini berarti memungkinkan efisiensi yang tinggi dalam produksi pengangkutan barang maupun pemasangan atau pengadaan sarana-sarana untuk pelayanan umum.
7. Nilai Kegunaan : Manfaat suatu wilayah atau daerah mempuyai nilai tersendiri bagi orang yang menggunakannya. Misalnya Daerah sejuk di pegunungan yang jauh dari kebisingan, seperti di Puncak antara Bogor dengan Cianjur, banyak dijadikan tempat peristirahatan dan rekreasi. Contoh lainnya, lahan pertanian yang subur sangat bernilai bagi petani dibandingkan bagi nelayan atau karyawan/pegawai kantor.
8. Interaksi dan Interdependensi : Setiap wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, tetapi memerlukan hubungan dengan wilayah lain, sehingga memunculkan adanya hubungan timbal balik dalam bentuk arus barang dan jasa, komunikasi, persebaran ide, dan lain-lain. Misalnya, gerakan orang, barang, dan gagasan dari suatu tempat ke tempat lain seperti pergerakan penduduk, berupa sirkulasi, komutasi (ulang-alik), dan migrasi, pergerakan barang (sandang) dari kota ke desa; pangan dari desa ke kota, pergerakan berita (informasi) melalui radio, televisi, surat kabar dan lain-lain, terhadap pembaca atau pemirsa.
9. Diferensiasi Area : Suatu wilayah kaitannya dengan wilayah lain. Wilayah di permukaan bumi memiliki perbedaan nilai yang terdapat di dalamnya. Misalnya, fenomena yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lain seperti pola pemukiman di pegunungan berbeda dengan di perkotaan. Contoh lain, pertanian sayuran dihasilkan di daerah pegunungan; perikanan laut atau tambak di pantai; dan padi di daerah yang relatif datar.
10. Keterkaitan Ruang : Suatu wilayah dapat berkembang karena adanya hubungan dengan wilayah lain, atau adanya saling keterkaitan antarwilayah dalam memenuhi kebutuhan dan sosial penduduknya. Misalnya, jika dikaji melalui peta, maka terdapat
konservasi spasial (keterkaitan wilayah) antara wilayah A, B, C, dan D.

Comments

Popular posts from this blog

ASAL USUL NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA

Penginderaan Jauh

Penelitian Geografi